LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )
Sistem
Proteksi Katodik ( Cathodic Protection )
PT. PLN ( Persero ) Pembangkitan Sumatera
bagian selatan
Sektor Pembangkitan Ombilin
Oleh :
Erik Firdaus
NIS : 09.5653
PROGRAM STUDI TEKNIK INSTALASI LISTRIK
SMK N 2
SAWAHLUNTO
2 0 11
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (
PKL )
Telah Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Di PT.PLN (Persero)
Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan Ombilin
Tanggal : 18 Mei S/D
29Juli 2010
Disahkan Oleh :
Asman Supervisor Har Listrik
Har Listrik, Kontrol &
Instrumen
( Firman Ramdan )
( Hotman Armen )
Manajer
( Luthfy Triheru )
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan Penyelesaian Praktek kerja Lapangan
Tanggal : 18 Mei S/D 29Juli 2010
Oleh :
Erik Firdaus
NIS : 09.5653
Diperiksa dan Disahkan Oleh
:
Kepala Program Studi Guru Pembimbing
Teknik Instalasi
tenaga listrik Teknik Listrik
Drs. Muchsin Sesri Indri Yeni. ST
NIP :
196108221988091005 NIP: 197501062007012002
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN
.........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
KATA PENGHANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI
.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................
1.1
Latar Belakang ………………………………………………………...
1.2
Tujuan …………………………………………………………………
1.3
Batasan Masalah ………………………………………………………
1.4
Metode Penulisan ……………………………………………………..
1.5
Sistematika Penulisan …………………………………………………
BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN
(PERSERO) SEKTOR OMBILIN ….
2.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
..............................................................
2.2. Visi dan Misi Perusahaan
......................................................................
2.3.
Struktur Organisasi PT PLN
(Persero) ..................................................
2.4.
Sistem Konversi Energi PLTU Ombilin
................................................
2.5.
Sistem Kerja PLTU Ombilin
.................................................................
2.6.
Sistem Kelistrikan pada PLTU Ombilin
................................................
BAB III TEORI DASAR CATODIC PROTECTION .....................................
3.1.
Korosi
....................................................................................................
3.2.
Perlindungan Terhadap Korosi ……………………………..................
BAB IV PENUTUP
...........................................................................................
4.1.
Kesimpulan
............................................................................................
4.2.
Saran
......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...
|
I
II
III
V
1
1
2
2
2
3
4
4
6
7
11
13
19
22
22
30
33
33
34
35
|
KATA PENGANTAR

Dengan ucap
puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah yang dilimpahkan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan yang telah dilaksanakan di PT. PLN ( Persero ) Pembangkit Sumbagsel
Sektor Pembangkitan Ombilin.
Dalam
penyusunan dan penyelesaian laporan yang berjudul ”Sistem Proteksi Katodik (
cathodic protection ) di PT.
PLN ( Persero ) Pembangkit Sumbagsel Sektor Pembangkitan Ombilin” ini,
penulis mendapatkan arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagi pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs. Hibban, MPd selaku kepala sekolah SMK N 2 Sawahlunto.
2.
Bapak Drs.
Mucshin selaku Kepala Jurusan Teknik Listrik SMK N 2 Sawahlunto.
3.
Bapak H. Nazris Nazaruddin, ST. Msi selaku
Kepala Program Studi Listrik SMK N 2 Sawahlunto.
4.
Bapak Sesri
Indri Yeni selaku Guru Pembimbing PKL.
5.
Bapak Luthfy Triheru selaku Manajer PT. PLN (
Persero ) Sektor Pembangkitan Ombilin.
6.
Bapak Firman Ramdan selaku Asman Har Listrik
Kontrol dan Instrumen PT. PLN ( Persero ) Sektor Pembangkitan Ombilin.
7.
Ibuk Muthia selaku Asman SDM & ADM PT. PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Ombilin.
8.
Bapak Syamsul
Ma’arif selaku
Supervisor Kepegawaian & Diklat PT. PLN ( Persero ) Sektor Pembangkitan Ombilin.
9.
Bapak Hotman
Armen selaku Pembimbing Lapangan
/ Supervisor Listrik PT. PLN ( Persero ) Sektor Pembangkitan Ombilin.
10. Bapak Ariesvika selaku Koordinator TR PT. PLN ( Persero ) Sektor
Pembangkitan Ombilin.
11. Bapak Halwan
Mashuri Nasution selaku Koordinator TT
PT. PLN (persero) Sektor Pembangkitan Ombilin.
12. Bapak Edrian selaku
Koordinator RMT PT. PLN ( Persero ) Sektor Pembangkitan Ombilin.
13. Kepada seluruh Staf
dan Karyawan PT. PLN ( Persero )
Sektor Pembangkitan Ombilin yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih banyak atas kerja samanya.
14. Ayahanda dan Ibunda atas
segala doa dan pengorbanannya yang tak mungkin penulis dapat membalasnya.
15. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu, terima kasih banyak atas bantuan dan kerja samanya.
Meskipun
laporan ini telah diupayakan agar tersusun sedemikian rupa, namun kemungkinan masih
terdapat kekurangan, kesalahan dan kerancuan. Maka dengan itu, penulis sangat
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, komunitas Teknik listrik khususnya bagi penulis pribadi.
Sijantang,
Juli 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Listrik adalah bentuk energi sekunder yang paling
praktis penggunaannya oleh manusia, dimana listrik dihasilkan dari proses
konversi energi sumber energi primer seperti, potensial air, energi angin,
minyak bumi, gas dan batubara.
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan yang
penting bagi kehidupan manusia dewasa ini. Kebutuhan akan energi listrik
cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena semakin
banyaknya penduduk memerlukan dan menyadari arti pentingnya listrik untuk
menunjang kehidupan sehari-hari. PT. PLN (persero) Kit. Sumbagsel Sektor
Pembangkitan Ombilin merupakan salah satu pensuplai energi listrik di Sumatera.
PT PLN (Persero) Kit. Sumbagsel
Sektor Pembangkitan Ombilin memakai sistem suplai listrik tenaga uap. PT. PLN
(Persero) Kit. Sumbagsel Sektor Pembangkitan Ombilin memiliki dua unit pembangkit
dengan daya setiap unit 100MW. PLTU ini menyalurkan daya ke
sistem interkoneksi Sumatera.
PLTU Ombilin
mempunyai 2 buah unit generator, masing-masing unit memiliki kapasitas 100 MW. Pengaturan
tegangan pada tiap-tiap generator dilakukan dengan mengatur besarnya arus
eksitasi (arus penguat). Pengaturan besarnya arus penguat generator dilakukan
oleh pengaturan tegangan otomatis. Bila arus eksitasi naik maka daya reaktif
yang disalurkan generator ke sistem akan naik sebaliknya bila turun maka daya reaktif yang disalurkan akan berkurang.
Jika arus eksitasi yang diberikan
terlalu kecil, aliran daya reaktif akan berbalik dari sistem menuju ke generator sehingga generator menyerap daya reaktif dari
sistem. Keadaan ini sangat
berbahaya karena akan menyebabkan pemanasan
berlebihan pada stator.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui struktur organisasi
perusahaan tempat PKL
2. Mempelajari sistem kelistrikan pada PLTU
sektor Ombilin.
3. Mengetahui sistem proteksi katodik (
Cathodic Protection ) yang digunakan pada PLTU Ombilin.
4. Sebagai perbandingan antara ilmu yang
didapatkan di SMKN 2 Sawahlunto dengan ilmu yang didapat pada industri selama
masa Praktek Kerja Lapangan (PKL).
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam
penyusunan dan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, maka penulis
hanya dapat membahas masalah mengenai Cathodic Protection.
1.4. Metode
Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam
mengumpulkan data untuk pembuatan laporan ini adalah sebagi berikut:
1.
Observasi
Yaitu melakukan
penelitian langsung kelapangan untuk memperoleh data-data yang berhubungan
dengan permasalahan.
2.
Wawancara dan diskusi
Melakukan Tanya jawab
dengan sumber-sumber yang memahami permasalahan.
3.
Study Literatur
Mendapatkan data-data yang berhubungan dengan
permasalahan melalui referensi.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan penulisan laporan kerja praktek ini
disusun menurut sistematika yang dibagi menjadi empat BAB, yaitu:
BAB II
TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) SEKTOR OMBILIN
2.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMBAGSEL
SISTEM INTERKONEKSI KELISTRIKAN
SUMBAGSEL – SUMBAGTENG – SUMBAR – RIAU merupakan sistem kelistrikan antara
Sumatera Bagian Selatan – Lampung dengan Sumatera Bagian Tengah – Sumatera
Bagian Barat – Riau dimulai dari awal tahun 2004. Konstribusi kelistrikan yang
disalurkan sektor pembangkitan Ombilin ke sistem interkoneksi sebesar 29,64 %
dari total keseluruhan pembangkit yang ada di sistem interkoneksi Sumatera
Bagian Barat dan Riau.
Kotamadya Sawalunto Propinsi Sumatera Barat
merupakan daerah yang mempunyai tambang batubara. PLTU Ombilin terletak di Desa
Sijantang yang berlokasi di Desa
Sijantang Koto Kecamatan Talawi, dengan tempuh dari kotamadya Sawalunto
± 15 km. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang makin meningkat Pemerintah
dalam hal ini PT. PLN (Persero)
menentukan kebijaksanaan penghematan penggunaan bahan bakar minyak.
Pemanfaatan potensi batubara sebagai sumber
energi listrik semakin penting mengingat keterbatasan sumber energi primer di samping
usaha difersitasi energi. Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin –
sijantang dengan menggunakan bahan bakar batubara yang merupakan salah satu
cara pemanfaatan potensi batubara di daerah Sawalunto dan sekitarnya.
PLTU Ombilin merupakan PLTU mulut tambang yang
tersedia direncanakan beroperasi tahun 1986 dengan batubara Ombilin (dari PT
AICdan PT BA UPO) . Namun realisasinya PLTU Ombilin baru memulai beroperasi
sejak akhir tahun 1996.
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Ombilin dibentuk berdasarkan surat direksi PT. PLN (Persero) No. 080. K/023/DIR/1995, tanggal 18 September 1995
tentang pembuatan dan penetapan tingkat unit Sektor Pembangkitan Ombilin pada
PT. PLN (Persero) Wilayah III Sektor Pembangkitan Ombilin yang membawahi daerah
kerja Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin dengan kapasitas terpasang 2 x
100 MW .
Pada saat awal PT. PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Ombilin berdiri berdasarkan surat Direksi No. 112. K/023/DIR 1996,
tanggal 18 November 1996 tentang Unit Pelaksana PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran
Sumatera Bagian Selatan pada tanggal 01 Januari 1997, dibentuk unit Organisasi
PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan Sektor
Pembangkitan Ombilin dengan jumlah pegawai saat ini sebanyak 130 orang.
Pembangunan PLTU Ombilin unit 1 dan unit 2 di
daerah Sawahlunto telah melalui tahapan-tahapan yang standar dan tentunya juga
telah mempertimbangkan beberapa aspek yang menunjang untuk diputuskannya
pembangunan suatu prmbangkit yang sesuai dengan infrastruktur yang ada. Adapun
tahapan pembangunan PLTU Ombilin antara lain dimulai dengan tahap pasca
konstruksi, tahap konsruksi, tahap operasi, tahap pasca operasi.
Pada bulan Juli 1993 kunstruksi utama dimulai
dan secara bertahap pembangunan PLTU Ombilin unit 1 dan unit 2 mulai
dikerjakan, 3 (tiga) tahun kemudian yaitu pada bulan Juli 1996, disusul
kemudian pada tahun yang sama yaitu pada bulan November 1996 PLTU unit 2
beroperasi, sedangkan PLTU itu sendiri dimungkinkan dapat berumur ± 30 tahun.
Tenaga yang dihasilkan PLTU Ombilin melalui
Generator dengan tegangan 11 KV dinaikan menjadi 150 KV melalui trafo utama.
Kemudian disalurkan melalui taringan tegangan tinggi 150 KV yang menghubungkan
ke sistem interkoneksi Sumatera-Lampung, Sumbagteng-Jambi, Sumbar-Riau,
selanjutnya dikendalikan oleh Pusat Pengaturan Pengendali Beban sumatera
(P3BS).
Kelengkapan infrakstruktur tahapan pembangunan pembangkit, kantor, dan sarana
penunjang lainnya adalah sebagai berikut :
Ø
Mulai
di bangun bulan Juli 1993
Ø
Commissioning
mulai bulan Februari 1996
Ø
PLTU Ombilin Unit 1 mulai dioperasikan tanggal
26 Agustus 1996
Ø
PLTU Ombilin Unit 2 mulai dioperasikan tanggal
05 November 1996
Ø
Serah terima STP tanggal 15 Desember 1997
Ø
PLTG
bergabung dengan Sektor Pembangkitan Ombilin tahun 2001 yang berkapasitas 3 x 21,35 MW yang
berlokasi di Kecamatan Pauh limo Padang.
Tahapan-tahapan
pembangunan, kantor dan sarana penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
No
|
Tanggal/Bulan/Tahun
|
Proses
|
1.
|
Juli 1993
|
Awal pembangunan
|
2.
|
Februari 1996
|
Awal dimulai Comissioning
|
3.
|
26 Agustus 1996
|
Pengoperasian PLTU unit 1
|
4.
|
5
November 1996
|
Pengoperasian PLTU unit 2
|
5.
|
15 Desember 1997
|
Serah terima proyek selesai
|
2.2. Visi dan Misi PT PLN (Persero)
PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan
Ombilin di Sijantang – Sawahlunto memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Beradaptasi menjadikan pembangkit yang
ramah lingkungan.
Amanah dalam mengemban tugas &
tanggung jawab
Nyaman dalam bekerja
Gairah meningkatkan
kemampuan untuk berinovasi
Komitmen & Konsisten dalam bekerja
Intergritas
Team work
Misi :
Meningkatkan
Availability dan Reability
Harga pokok
penjualan (HPP) yang efisien dan ekonomis
Motto PLN :
Electricity for a better life. ” Listrik Untuk kehidupan yang lebih Baik”.
2.3. Struktur Organisasi PT PLN
(Persero)
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Ombilin dipimpin oleh seorang manajer
yang dibantu oleh beberapa Asisten Manajer dan satu orang manajer PLTG, yaitu :
a. Asisten Manajer Enjinering
b. Asisten Manajer Operasi
c. Asisten Manajer Pemeliharaan Mesin
d. Asisten Manajer Pemeliharaan Listrik,
Kontrol & Instrumen
e. Asisten Manajer SDM dan ADM
f.
Asisten
Manajer Coal dan Ash
g. Manajer PLTG Pauh Limo
Untuk
mencapai tujuan perusahaan, maka masing-masing bagian tersebut mempunyai tugas
pokok antara lain:
a.
Asisten Manajer Enjinering
Mempunyai tugas melakukan perencanaan dan evaluasi pengoperasian
pemeliharaan pembangkitan tenaga listrik.
b.
Asisten Manajer Operasi
Mempunyai tugas / bertugas dalam
pelaksanaan pengoperasian unit pembangkit tenaga listrik dengan rencana &
prosedur yang ditetapkan dalam menjalankan tugasnya, Asisten Manajer Operasi
dibantu oleh Supervisor, yaitu :
1. Supervisor Operasi Shift A
2. Supervisor Operasi Shift B
3. Supervisor Operasi Shift C
4. Supervisor Operasi Shift D
5. Supervisor Analisis Kimia
c.
Asisten Manajer Pemeliharaan Mesin
Mempunyai
tugas dalam pelaksanaan pemeliharaan pembangkitan tenaga listrik. Dalam
menjalankan tugasnya Asisten Manajer Pemeliharaan dibantu oleh Supervisor,
yaitu :
1. Supervisor Pemeliharaan Turbin
2. Supervisor Pemeliharaan Boiler
d.
Asisten Manajer Pemeliharaan Listrik,
Kontrol & Instrumen
1. Supervisor Pemeliharaan Kontrol &
Instrumen
2. Supervisor Pemeliharaan Listrik &
Proteksi
e. Asisten Manajer SDM & ADM
Menyelenggarakan tata usaha
kesekretariatan kepegawaian akuntasi pergudangan dan perbekalan. Dalam
menjalankan tugasnya Asisten Manajer SDM & ADM dibantu oleh Supervisor,
yaitu
1. Supervisor Sekretariat & Umum
2. Supervisor Kepegawaian & Diklat
3. Supervisor Anggaran & Keuangan
4. Supervisor Akuntansi
5. Supervisor Logistik
f. Asisten
Manajer Coal and Ash Handling
1.
Supervisor Operasi Coal and Ash Handling
2.
Supervisor Pemeliharaan Coal Handling
3.
Supervisor Pemeliharaan Ash Handling
4.
Supervisor
Pengelolaan Bahan Bakar
h.
Manajer Unit PLTG Pauh Limo
Manajer Unit
PLTG Pauh Limo dibantu oleh 3 orang Supervisor, yaitu :
1.
Supervisor Operasi
2.
Supervisor Pemeliharaan
3.
Supervisor Administrasi
& Keuangan
Gambar.2.1. Struktur Organisasi PLTU Ombilin
2.4. Sistem
konversi energi pada PLTU Ombilin
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
merupakan suatu pembangkit listrik yang memanfaatkan energi yang terkandung di
dalam uap untuk menghasilkan energi listrik. Uap yang digunakan untuk
menghasilkan energi listrik berasal dari pemanasan air di dalam boiler dengan
bahan utama batubara dan bahan bakar bantunya adalah solar (HSD).
Uap yang dihasilkan digunakan untuk
memutar turbin, dimana turbin sebagai penggerak utama dari generator, karena
generator satu poros dengan turbin. Generator ini akan menghasilkan energi
listrik.. Dapat dilihat bahwa energi panas merupakan energi utama yang di
konversikan, panas diubah menjadi energi kinetik atau gerak. Energi kinetik ini
kemudian diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Terakhir
energi mekanik diubah menjadi energi listrik. Proses perubahan energi tersebut
dibantu oleh berbagai perangkat lainnya. Secara umum proses transf
Energi Kimia
( Bahan Bakar )
|
Energi Panas
( Uap )
|
Energi Mekanik
( Turbin )
|
Energi Listrik
( Generator )
|
Energi Kinetik
( Nozle )
|
Gambar.2.2. Blok
Diagram Proses Transformasi Energi
PLTU dalam
sistem yang relatif besar (yang daya terpasangnya diatas 1000 MW) pada umumnya
merupakan Pusat Listrik yang dominan baik secara teknis operasionil maupun
ditinjau dari segi biaya operasi.
Dari segi
operasionil PLTU paling banyak kendala khususnya dalam kondisi dinamis. Hal ini
disebabkan banyaknya komponen dalam PLTU yang harus diatur. Gambar dibawah,
menggambarkan prinsip kerja dari sebuah PLTU yang menggunakan sistem reheat
(pemanasan ulang). Sistem reheat ini umumnya dipakai pada unit PLTU yang
mempunyai kapasitas terpasang diatas 100 MW.
Gambar.2.3. Siklus PLTU Ombilin
Kendala operasi
yang terdapat pada PLTU Ombilin adalah :
a. Starting time (waktu yang diperlukan untuk
menstart) yang relatif lama, bisa mencapai 6 sampai 8 jam apabila start
dilakukan dalam keadaan dingin.
b. Perubahan daya persatuan waktu (MW per
menit) yang terbatas, kira-kira 5% per menit.
Hal ini disebabkan karena proses
start maupun perubahan daya dalam PLTU menyangkut pula berbagai perubahan suhu
yang selanjutnya menyebabkan pemuaian /pengkerutan. Pemuaian-pemuaian atau
pengerutan-pengerutan sedapat mungkin harus berlangsung merata dan tidak
terlalu cepat untuk menghindarkan tegangan mekanis maupun pergeseran antara
bagian-bagian yang berputaran bagian-bagian yang statis misalnya antara rotor
dan stator.
2.5. Sistem
Kerja PLTU Ombilin
A. Pengoperasian
Boiler
Boiler adalah tempat dimana air yang telah dimurnikan diubah menjadi uap
dengan cara pemanasan menggunakan pembakaran batubara. Batubara yang telah
dicampur dengan udara dibakar secara instant di dalam Boiler. Jutaan liter air
yang telah dimurnikan dipompakan melalui pipa – pipa kedalam boiler. Intensitas
panas yang tinggi dari pembakaran batubara mengubah air yang telah dimurnikan
di dalam pipa – pipa boiler menjadi uap panas bertekanan tinggi, yang kemudian
memutar turbin untuk menghasilkan listrik.
Boiler merupakan peralatan yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap
dengan panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar batu bara. Boiler
memiliki alat bantu, antara lain :
1.
Economizer ( Pemanasan )
Economizer
berfungsi untuk meningkatkan temperatur air ( pemanasan awal) sebelum
masuk ke boiler untuk selanjutnya di alirkan ke steam drum, komponen ini
berada dalam boiler yang terdiri dari rangkaian pipa-pipa (tubes) yang
menerima air dari inlet.
Sumber
panas yang diperlukan oleh alat tersebut berasal dari gas buang dalam boiler.
Air mengalir dalam pipa–pipa, sementara di luar mengalir gas panas yang
berasal dari hasil pembakaran boiler. Selanjutnya steam panas tersebut
dimanfaatkan untuk memanaskan air sehingga temperaturnya meningkat.
Penggunaan
Economizer untuk pemanasan awal sangatlah penting, karena:
1. Hal
tersebut dapat meningkatkan efisiensi boiler secara keseluruhan, karena panas
yang ada pada steam bisa dimanfaatkan untuk melakukan usaha.
2. Dengan
memanaskan air sebelum air diubah menjadi steam di Boiler, berarti mempermudah
kerja Boiler, hanya sedikit saja panas yang perlu ditambahkan.
3. Pemanasan
air hanya akan mengurangi Thermal Shock pada Boiler.
2.
Boiler
Drum
Berfungsi untuk menyimpan air dalam volume yang
besar dan untuk memisahkan uap dari air setelah proses pemanasan yang terjadi
dalam Boiler. Secara umunm, ada empat jenis pipa sambungan dasar yang
berhubungan dengan Steam Drum, yaitu:
- Feed Water Pipe
Berfungsi mengalirkan air dari Economizer ke
Distribution Pipe yang panjangnya sama persis dengan Steam Drum. Distribute
Pipe berfungsi mengalirkan air dari Economizer secara merata keseluruh bagian
Steam Drum.
- Downcomer atau Pipa turun
Ditempatkan disepanjang bagian dasar Steam Drum
dengan jarak yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Pipa-pipa ini
mengalirkan air dari Steam Drum menuju Boiler Circulating Pump. Boiler
Water Circulating Pump (BWCP) digunakan untuk memompa air dari Downcomer
dan mensirkulasikannya menuju Waterwall yang kemudian air tersebut
dipanaskan oleh pembakaran di Boiler dan dikirim kembali ke Steam Drum.
- Waterwall Pipe
Terletak dikedua sisi Steam Drum dan
merupakan pipa-pipa kecil yang berderet vertikal dalam Boiler, setiap pipa
disambung satu sama lain agar membentuk selubung yang kontinu dalam Boiler.
Konstruksi seperti ini disebut konstruksi membran. Waterwall bertugas
menerima dan mengalirkan air dari Boiler Circulating Pump kemudian
dipanaskan dalam Boiler dan dialirkan ke Steam Drum.
- Steam Outlet Pipe
Merupakan sambungan terakhir, diletakkan dibagian
atas Steam Drum untuk memungkinkan Saturated Steam keluar dari Steam
Drum menuju Superheater.
Dalam Steam Drum, Saturated Steam akan
dipisahkan dan diteruskan untuk pemanasan lebih lanjut di Superheater,
sedangkan airnya tetap berada dalam Steam drum dan dialirkan ke Down Comer,
dari sini proses akan dimulai lagi. Selain pipa tersebut, juga terdapat Blowdown
Pipa yang letaknya dibagian bawah Steam Drum, tepat dibawah
permukaan air. Saat air berubah menjadi uap, kotoran-kotoran air akan tetap
tinggal di air dalam Steam Drum. Jika konsentrasi kotoran tersebut
menjadi tinggi, kemurnian steam yang keluar dari Steam Drum akan
terpengaruh dan akan terbawa ke Super Heater ataupun ke Turbin. Pipa
Blowdown akan menghilangkan sebagian kotoran air Boiler dari permukaan Steam
Drum, dan mengalirkannya sehingga dapat mengurangi konsentrasi kotoran
dalam air Boiler, dan pada akhirnya dapat menjaga Super Heater dan
Turbin tetap bersih.
3.
Down
Comer
Down
Comer berupa pipa yang berukuran besar yang menghubungkan bagian bawah boiler
drum dengan Lower Header. Down Comer berguna untuk mengalirkan air turun dari
boiler drum menuju Lower Header. Dari Lower Header air akan masuk ke tubewall
untuk diubah menjadi uap dan kembali ke boiler drum.
4.
Tube
Wall
Panas
yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam furnace sebagian diberikan kepada
air yang berada dalam tube sehingga air berubah menjadi uap.
5.
Heater
- Superheater
Superheater
merupakan kumpulan pipa Boiler yang terletak dijalan aliran gas panas hasil
pembakaran. Panas dari gas ini dipindahkan ke Saturated Steam yang
ada dalam pipa Superheater, sehingga berubah menjadi Super Heated
Steam.
Superheater ini ada dua bagian, yaitu Primary
Superheater dan Secondary Superheater. Primary Superheater
merupakan pemanas pertama yang dilewati oleh Saturate Steam setelah
keluar dari Steam drum, setelah itu baru melewati Secondary
Superheater dan menjadi Super Heated Steam. SH Steam akan
dialirkan untuk memutar High Presure Turbin, dan kemudian tekanan dan
temperaturnya akan turun.
a) Low
Temperature Super Heater (LTSH)
b) High
Temperatur super Heater (HTSH)
b.
Re-Heater
Setelah tekanan dan temperatur SH
Steam turun maka SH Steam tersebut akan dikembalikan ke Boiler untuk
pemanasan ulang. Pemanasan ulang ini berlangsung di bagian Boiler yang disebut Re-Heater
yang merupakan kumpulan pipa Boiler yang diberi panas dari gas
pembakaran seperti Superheater. Jadi Re-Heater berfungsi untuk
menaikkan temperatur SH Steam tanpa mempengaruhi tekanannya. Di bagian Re
Heater, SH Steam akan dikembalikan untuk memutar Intermediate
Presure Turbine(IP) dan Low Presure Turbine (LP).
c.
Air
Pre-Heater
Air Pre-Heater adalah instrument yang sistem kerjanya
berputar dengan putaran rendah dan berfungsi untuk memanasi udara pembakaran
sebelum dikirim ke Furnace. Pemanas Udara pembakaran tersebut diambil
dari gas buang hasil pembakaran dari Furnace yang dialirkan melalui Air
Pre-Heater sebelum dibuang ke Chimney.
6.
Desuper
Heater
Desuper
Heater terletak diantara Low temperatur super heater dan high temperature super
heater yang berfungsi untuk mengendalikan temperature uap dengan cara
memancarkan air dari pemanas tekanan tinggi ke dalam uap.
Untuk
pengoperasian boiler ini ada beberapa sistem pendukung utama yang terdiri dari
:
a) Sistem
bahan bakar
b) Sirkulasi
air dalam boiler
c) Sistem
udara bahan bakar
d) Sistem
gas buang
B. Precipitator, stack
Batubara
yang dibakar akan menghasilkan Burning carbon dioxide (CO2), sulphur dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx). Gas – gas ini dikeluarkan dari Boiler. Bottom
ash atau abu yang lebih tebal / berat yang terbuat dari serpihan coarse
dijatuhkan ke bawah Boiler dan masuk ke silo untuk dibuang. Fly ash atau abu
yang sangat ringan terbawa oleh gas panas di dalam Boiler. Fly Ash ini dtangkap
oleh electrostatic precipitator ( ESP ) sebelum gas buang terbang ke udara
melalui cerobong asap ( Stack / Chimney ). ESP berfungsi sebagai filter udara
yang menyaring atau menangkap 99.4% fly ash.
C. Turbine
Air
di dalam pipa – pipa Boiler menerima panas dari Boiler dan berubah menjadi uap.
Uap bertekanan tinggi dari Boiler dialirkan ke Turbin sehingga berputar. Turbin
adalah tempat dimana terdapat satu as besi yang panjang yang dipenuhi dengan sirip baling – baling. As besi
ini dikopel dengan generator atau dynamo listrik berkapasitas besar. Ketika uap
bertekanan tinggi ini menyentuh sirip – sirip baling – baling ini, turbin akan
berputar dengan kencang dan memutar bagian generator yang di kopel ke turbin.
Generator yang berputar akan menghasilkan listrik.
D. Kondensator(Condensers) &
Sistem Air Pendingin (cooling water system)
Air pendingin dialirkan ke dalam pembangkit
dan disirkulasikan melalui pipa – pipa di dalam kondensor, yang digunakan untuk
mendinginkan uap yang berasal dari turbin. Air pendingin yang bisa diambil dari
air sungai akan mendinginkan
uap panas sehingga berubah menjadi air murni kembali dan disirkulasikan kembali
ke Boiler untuk dipanaskan menjadi uap dan memutar turbin. Air pendingin yang
diambil dari sungai sekarang
menjadi hangat karena adanya pertukaran panas di dalam kondensor, dibuang kembali
ke sungai.
E. Substation, transformer,
transmission lines
Listrik yang dihasilkan oleh generator biasanya mempunyai
tegangan 6 kV atau 11,5 kV akan dinaikan tegangannya
menjadi 150kV melalui transformer dan dialirkan ke Gardu Induk ( substation )
untuk didistribusikan. Kenaikan tegangan tersebut diperlukan untuk keperluan
pendistribusian hingga ratusan kilometer ke wilayah lain melalui jaringan
transmisi.
Untuk penggunaan sehari – hari ataupun industri, tegangan
tinggi tersebut akan diturunkan kembali melalui transformer menjadi 380 Volt (
phasa ke phasa ) atau lebih dikenal 220 Volt ( phasa ke netral ).
F. Penyediaan Batubara
Batubara
yang ditambang dibawa ketempat penyimpanan ( coal hoper ) untuk dipecah menjadi
ukuran kecil. Kemudian
batubara diangkut dengan moda angkutan yang sesuai ( truk, kapal dsb ) ke
lokasi PLTU dan disimpan di tempat penyimpanan ( Coal Yard ).
2.6. Sistem Kelistrikan PLTU Ombilin
Untuk pengoperasian PT. PLN
(Persero) Kit. Sumbagsel Sektor Pembangkitan Ombilin unit 1 dan unit 2
diperlukan energi listrik dari luar. Dalam hal ini listrik disuplay dari sistem
interkoneksi Sumatera melalui gardu induk Indarung. Dimana tegangan 150 KV
diturunkan dengan menggunakan Station Service Transformer menjadi 6 KV dan
tegangan 6 KV inilah yang digunakan untuk menjalankan peralatan-peralatan bantu
pada siklus utama PLTU. Tegangan 6 KV diturunkan juga untuk menyuplai peralatan
kontrol dan operasional. Jadi tanpa adanya suplai tegangan dari luar di PT. PLN
(Persero) Kit. Sumbagsel Sektor Pembangkitan Ombilin tidak dapat beroperasi.
Untuk penggunaan sehari – hari ataupun industri, tegangan tinggi tersebut
akan diturunkan kembali melalui transformer menjadi 380 Volt ( phasa ke phasa )
atau lebih dikenal 220 Volt ( phasa ke netral ).
1. Sistem 150 kV
Setelah generator berputar 3000 rpm maka akan diberikan penguatan dari
eksiter sehingga generator tersebut akan menghasilkan tegangan 11,5 kV.
Keluaran tegangan dari generator tersebut dinaikkan menjadi 150 kV pada
transformator step up, kemudian disalurkan ke jaringan interkoneksi melalui Gas
Insulated Substation (GIS).
2. Sistem 6 kV
Untuk pengisian bus 6 kV pada saat unit beroperasi disuplay dari GIS
melalui diameter 5 ke Station Service Transformer dimana tegangannya akan
diturunkan dari 150 kV menjadi 6 kV.
Tegangan pada bus 6 kV ini digunakan untuk pengoperasian motor-motor 6 kV
yang berguna untuk pengoperasian awal unit, seperti motor-motor pada Crusher
House, Boiler Feed Pump, Condensate Pump dan Circulating Water Pump. Selain itu bus 6 kV digunakan untuk
pengoperasian peralatan-peralatan operasional lainnya setelah diturunkan
tegangannya.
Setelah unit beroperasi dan membangkitkan tegangan 11,5 kV selain dikirim
melalui GIS, tegangan ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan unit PLTU
sendiri melalui Unit Auxiliary Transformer (UAT). UAT menurunkan tegangan 11,5 kV menjadi 6 kV.
3. Sistem 380 V
Pada kondisi normal dengan tegangan 380 volt diambil dari bus 6 kV yang
terlebih dahulu diturunkan melalui Transformer Step Down. Pada kondisi
abnormal, apabila pada bus 380 Volt terjadi penurunan tegangan hingga 70% maka
untuk menyuplai tegangan 380 Volt diambil dari Diesel Emergency. Diesel
Emergency ini dapat menyalurkan tegangan ke bus 380 Volt dalam waktu ± 12
detik.
Tegangan 380 Volt ini digunakan sebagai sumber tegangan pada motor-motor
kecil untuk pengoperasian unit dan juga untuk mensuplai tegangan pada bus 220
Volt.
4. Sistem 220 VAC
Pengisian bus 220 Volt AC pada
kondisi normal operasi disuplai dari bus 380 Volt. Tegangan 220 Volt AC ini
digunakan penerangan dan peralatan lainnya. Apabila tegangan bus 380 Volt
mengalami gangguan , maka untuk pengisian tegangan bus 220 Volt AC disuplai
dari Diesel Emergency.
5.
Sistem Uninterruptable Power Supply (UPS) 220 VAC
Uninterruptable Power Supply (UPS)
adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memberikan suplai daya secara
kontinyu dalam keadaan normal maupun abnormal. UPS di PLTU Ombilin dipasang
pada sistem LNA yang memberikan suplai 220 Volt AC satu phasa untuk keperluan
sistem kontrol komputer. Pada
sistem 220 Volt AC UPS tegangannya disuplai dari bus 380 Volt.
6. Sistem 220 VDC
Sistem 220 Volt DC tegangannya disuplai dari bus 380 melalui rectifier yang
dilengkapi dengan trafo step down, dimana tegangan 220 Volt DC sebagian
digunakan untuk mencharger baterai.
7. Sistem 48 VDC
Sistem
48 Volt DC tegangannya juga disuplai dari bus 380 Volt melalui rectifier yang
dilengkapi trafo step down, dimana tegangan 48 Volt DC sebagian digunakan untuk
mencharger battery dan sebagian lagi masuk ke bus 48 Volt DC.
Apabila terjadi gangguan di bus 380 Volt DC dan rectifier maka battery yang
dicharger tadi akan menyuplai tegangan 48 Volt DC. Tegangan 48 Volt DC
digunakan untuk peralatan proteksi seluruh unit, diantaranya proteksi over
current, proteksi over voltage, proteksi under voltage, selain itu tegangan 48
Volt DC ini juga untuk sistem pengontrolan unit.
BAB III
TEORI DASAR
3.1 Korosi
Korosi
merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya.
Secara umum korosi meliputi hilangnya logam pada bagian yang ter-ekpose. Korosi
terjadi dalam berbagai macam bentuk, mulai dari korosi merata pada seluruh
permukaan logam sampai dengan korosi
yang terkonsentrasi pada bagian tertentu saja.
Korosi
pada logam terjadi karena adanya aliran arus listrik dari satu bagian pada ke
bagian yang lain di permukaan logam. Aliran arus ini akan menyebabkan hilangnya
metal pada bagian dimana arus dilepaskan ke lingkungan (oksidasi atau reaksi
anoda). Proteksi terjadi di titik dimana arus kembali ke permukaan logam
(reaksi katoda).
Terdapat
empat unsur pokok yang harus dipenuhi agar korosi dapat terjadi. Jika salah
satunya hilang, maka korosi tidak dapat terjadi. Empat unsur pokok tersebut
antara lain;
·
Anoda àtempat terjanya
reaksi oksidasi.
·
Katoda àtempat
terjadinya reaksi reduksi.
·
Elektrolit àLingkungan
tempat katoda dan anoda melakukan reaksi

Pada logam yang sama, salah satu bagian
permukaannya dapat menjadi anoda dan bagian permukaan lainnya menjadi katoda.
Hal ini bisa saja terjadi karena kemungkinan logam terdiri dari phase yang
berbeda, karena permukaan logam dilapisi dengan kondisi coating yang berbeda,
atau karena di permukaan logam terdapat lebih dari satu macam elektrolit.

Gambar 3.2. Korosi Pada permukaan
logam
Logam dapat dicelupkan pada elektrolit
atau permukaan logam dapat digenangi oleh elektrolit dan membentuk lapisan
tipis. Laju korosi bergantung pada konduktifitas listrik elektrolit. Air murni
memiliki konduktifitas listrik yang kurang baik sehingga laju korosi yang
terjadi akan lebih rendah jika dibandingkan dengan larutan asam yang memiliki konduktifitas
listrik tinggi.

Gambar 3.3. Reaksi elektrokimia pada
logam
Kemampuan logam untuk menahan korosi biasanya
bergantung pada posisi mereka dalam deret elektrokimia.
Tabel 3.1. Deret Elektrokimia
ElemenOvervoltage
|
Ion
|
Electrode
Potential
(Volts)
|
Overvoltage
(Volts)
|
Magnesium
|
Mg2+
|
-1.87 (base end)
|
0.7
|
Zinc
|
Al3+
|
-1.35
|
0.5
|
Alumunium
|
Zn2+
|
-0.76
|
0.7
|
Chromium
|
Cr2+
|
-0.6
|
0.32
|
Iron
|
Fe2+
|
-0.44
|
0.18
|
Cadmium
|
Cd2+
|
-0.4
|
0.5
|
Cobalt
|
Co2+
|
-0.29
|
|
Nickel
|
Ni2+
|
-0.22
|
0.15
|
Tin
|
Sn2+
|
-0.14
|
0.45
|
Lead
|
Pb
|
-0.13
|
0.45
|
Hydrogen
|
H+
|
0.00
|
-
|
Antimony
|
Ab3+
|
+0.11
|
0.42
|
Copper
|
Cu2+
|
+0.34
|
0.25
|
Silver
|
Ag+
|
+0.8
|
0.1
|
gold
|
Au3+
|
+1.3 (Noble End)
|
0.35
|
Oxygen
|
OH-
|
+0.4
|
|
chlorine
|
Cl-
|
+1.36
|
BAB I Berisi Pendahuluan
Berisikan tentang Latar Belakang, Materi PKL, Maksud dan Tujuan, Batasan Masalah, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Laporan.
BAB II Tinjauan Umum PT. PLN (Persero) Sektor Ombilin
Berisikan tentang Sejarah Berdirinya PT.PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan Ombilin, Struktur Organisasi, Konversi Energi PLTU dan Sistem Kerja PLTU
BAB III Sistem Proteksi Katodik ( Cathodic Protection )
Berisikan tentang pengertia masalah korosi yang terjadi di beberapa perusahaan,Cara perlindungan terhadap korosi yang terdapat di PT. PLN ( Persero ) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan Ombilin.
BAB IV Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar